Terkuak, 8 Biang Kerok Banjir Jakarta
Berita Hari Ini - Jakarta - Sebagai Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta menyimpan segudang problematika, salah satunya banjir yang saban tahun terjadi. Ada yang menimpakan kesalahan banjir Jakarta pada penumpukan sampah hingga maraknya pembangunan infrastruktur.
Supaya tidak salah kaprah, ada beberapa penyebab mengapa Jakarta sering dilanda banjir.
Penyebab itu tertuang dari Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diperoleh satunkri2016.blogspot.com, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Menurut data tersebut, dengan 13 sungai yang mengalir di tengah kota, penting untuk dipahami bagaimana masing-masing faktor memengaruhi risiko banjir, terutama banjir Jakarta.
1. Perubahan Iklim
Sebesar 40 persen Jakarta berada di bawah permukaan air laut dan menghadapi risiko peningkatan muka air laut (hingga 500 mm per tahun 2050) dan curah hujan. Hujan ekstrem (seperti saat banjir 2014) lebih sering terjadi.
2. Ombak Tinggi
Selisih maksimum antara air pasang dan surut adalah lebih dari 1 meter. Ombak pasang yang bertepatan dengan musim hujan dapat menembus tanggul laut dan menyebabkan banjir ekstrem (seperti tahun 2007 ketika setengah dari Jakarta terendam banjir).
3. Limpasan Air dari Bogor
Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kebun atau rumah pribadi, seringkali dibangun secara ilegal. Hal ini mengakibatkan limpasan hujan tidak terserap ke dalam tanah, sehingga air mengalir langsung ke hilir.
4. Limpasan Air dari Depok
Populasi Depok tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan tempat tinggal terjangkau bagi penduduk Jakarta. Sebanyak 20 persen penduduk Depok adalah pekerja di Jakarta.
Lebih banyak rumah berarti lebih sedikit tanah yang dapat menyerap air, sehingga limpasan air mengalir lebih cepat dari hilir ke hulu dan akhirnya menyebabkan banjir Jakarta.
5. Waduk
Waduk dan danau berperan vital dalam pencegahan banjir Jakarta selama musim hujan dan penyimpanan air selama musim kering. Terdapat sekitar 800 waduk pada zaman Belanda, dan kini hanya ada 200 waduk dan danau tersisa. Kabupaten Bogor memiliki 95 DAM, Kota Bogor sebanyak 6 waduk, Kota Depok sebanyak 20 DAM, Kabupaten Tangerang ada 37 DAM, Kota Tangerang dengan 8 waduk, Kabupaten Bekasi ada 14 waduk, Kota Bekasi 4 waduk, dan DKI Jakarta memiliki 16 DAM.
Sayangnya, 80 persen waduk saat ini dalam kondisi rusak, terlalu dangkal, atau telah diubah menjadi area perumahan.
6. Penurunan Muka Tanah
Penurunan muka tanah mungkin memiliki pengaruh terbesar terhadap risiko banjir di masa depan. Sebanyak 40 persen Jakarta kini tenggelam 3-10 cm per tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
Banyak industri, perusahaan, dan pengembang mengambil air tanah secara ilegal. Akibatnya 5 juta orang tidak memiliki akses terhadap air bersih.
7. Rawa yang Mengering
Sebagian besar Jakarta dahulu merupakan daerah rawa yang kini telah dikeringkan dan ditutupi dengan permukaan yang tidak dapat menyerap air, seperti jalan dan rumah.
8. Sampah
Sampah perkotaan di sungai dan selokan dapat menyumbat pintu air dan infrastruktur kota lain yang dibutuhkan dalam mengontrol banjir. Tercatat sampah Jakarta yang dihasilkan sebanyak 7 ribu ton per hari sehingga menjadi salah satu penyebab banjir Jakarta.
Tidak ada komentar:
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.