Cerita dari Sekolah Samping Pabrik Kembang Api yang Meledak



Berita Hari Ini - Tangerang - Kegiatan belajar mengajar baru berlangsung sekitar dua jam ketika tiba-tiba sebuah ledakan mengagetkan seisi SMPN 01 Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten. Anak-anak yang sedang berolahraga di halaman sekolah kaget dan lari tunggang langgang.

Ledakan juga membuat dinding dan kaca jendela gedung sekolah berwarna biru itu bergetar.

Dalam hitungan detik, asap pekat memenuhi area sekolah. Abu dan kawat-kawat kembang api juga turut berhamburan di tempat belajar mengajar itu. Serpihan asbes gudang sekaligus pabrik kembang api tersebut juga beterbangan.

SMPN 01 Kosambi memang berada tepat di sebelah (kemarin disebut di depan) gudang kembang api di Tangerang yang meledak pada Kamis, 26 Oktober 2017. Sekolah dan gudang itu hanya dibatasi sebuah jalan desa.

"Seperti hujan pasir. Disertai ledakan-ledakan kecil terus-menerus. Dyar, dyar, dyar," tutur Asep Mahmud (47), salah seorang guru IPA yang ketika itu sedang mengajar di kelas.

Siswa pun berteriak ketakutan. Mereka khawatir api akan menyambar ke sekolah mereka. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung lari menyelamatkan diri.

"Anak-anak teriak, 'kebakaran...kebakaran.' Semua siswa langsung keluar. Mereka panik lari ke sana ke mari. Guru-guru segera mengevakuasi," ujar Asep.

Asep menuturkan, panik membuat sejumlah anak malah berlari melewati pintu depan. Asep dan seorang guru lain mengejar mereka hingga ke depan sekolah. Sekitar 10 anak bisa dibawa ke belakang sekolah, tapi beberapa anak lainnya berhasil menjauh dari lokasi. Tak lama, api menutup pintu jalan depan sekolah.

Anak-anak lalu menumpuk meja dari kelas untuk melompati pagar belakang sekolah. Sebagian kemudian lari ke jalan desa dan lainnya ke lahan sebuah gudang kosong di belakang sekolah tersebut. Warga sekitar pun membantu menyediakan tangga dari luar dan memotongi kawat berdurinya.

Namun, dia dan beberapa anak akhirnya harus kembali ke sekolah karena sebuah bola api besar jatuh ke gudang belakang sekolah. Beruntung gudang onderdil tersebut sedang kosong.

Khawatir ledakan susulan terjadi dan membakar sekolah, dia juga sempat berusaha menyelamatkan arsip-arsip dari ruang tata usaha. Beruntung, kekhawatiran itu tidak terjadi.

Setelah ledakan pertama, dia sempat melihat beberapa korban meminta tolong. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Saya melihat sendiri, ketika atap gudang ambruk. Ada tangan di tengah reruntuhan melambai-lambai minta tolong. Dia minta tolong, tapi gimana? Siapa yang bisa menolong?" tutur Asep.

Tak lama, warga dan polisi berusaha menolong korban. Mereka, ucap dia, sempat menjebol tembok dan seng-seng gudang. Namun, ketika sebuah mobil tertimpa reruntuhan yang terbakar, polisi mengimbau semua orang untuk mundur.

Ledakan terakhir pun terjadi. Beberapa korban tidak selamat karena sebagian tubuh sudah terbakar. Sebagian korban juga tidak selamat karena pingsan sebelum sempat ditolong pada ledakan kedua. (Andri Setiawan)

Pingsan


Dhuri Andini (14), siswi kelas 8, sedang menyapu teras depan kelas usai pelajaran hasta karya ketika tiba-tiba letusan terjadi. Wajahnya terasa panas dan tiba-tiba langit gelap seperti mendung.

Dia dan teman-temannya berteriak panik. Beberapa pingsan dan sesak napas karena asap.

"Teman-teman lari, lalu berjatuhan dan menangis. Ada juga yang pingsan dan sesak napas karena asap," terang Dhini.

Novia Ramadani (12), siswi kelas 7, mengaku melihat api berkobar setinggi dua rumah di depan gerbang sekolah. Bunga-bunga api berjatuhan di halaman sekolah.

"Suasananya panas. Kembang apinya jatuh-jatuh di pohon. Itu pohonnya kelihatan bekas api-api," ujar Novia sambil menunjuk sebuah pohon di depan kelas yang daun-daunnya terlihat gosong.

Hari ini, sekolah diliburkan. Namun, pagi tadi sempat ada doa bersama dari para guru dan sebagian anggota OSIS. Mereka juga telah membersihkan sekolah dari abu-abu dan material sisa ledakan.

Tidak ada komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.
Electricity Lightning