Keluarga Korban Ledakan Pabrik Kembang Api Kerasukan
Berita Hari Ini - Jakarta - Antia tiba-tiba pingsan ketika menyaksikan evakuasi korban ledakan pabrik kembang api. Setelah sadar dan dibawa pulang, dia kembali pingsan.
Perempuan 30 tahun itu bangun ketika berada di rumah, tapi matanya terpejam, Jumat (27/10/2017).
"Umi, umi, umi, tolongin Una. Una masih di dalam. Umi, umi, umi, tolongin Una," kata Suki (30), Paman Una, menirukan suara Antia.
Antia adalah bibi dari Una, nama panggilan Surna (16). Una menjadi salah satu korban ledakan pabrik kembang api yang diduga masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang berada di Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten.
Suki yakin Antia dirasuki oleh arwah keponakannya. Suki percaya Una belum tertolong oleh petugas.
"Itu yang belakang enggak dicari-cari sama polisi. Padahal di sana masih ada korban, termasuk keponakan saya. Kan kasihan kalau belum ketemu," ujar Suki.
Keluarga juga telah melaporkan perihal kehilangan Una ke polisi. Termasuk, mencari di tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum Tangerang, RS Mitra Husada Tangerang, dan RS Omni. Namun, tanda-tanda keberadaan Surna belum ditemukan.
47 Kantong Jenazah
Sebanyak 47 kantong jenazah korban ledakan gudang kembang api tiba di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis, 26 Oktober malam. Namun, RS Polri belum bisa memastikan jumlah korban tewas akibat ledakan pabrik kembang api di Kosambi.
Kepala Bidang Pelayanan Dokpol RS Polri Kombes Sumirat mengatakan, 47 kantong jenazah yang diterima RS Polri belum bisa dipastikan berisi 47 jenazah.
"Jumlahnya untuk sekarang terdapat 47 kantong jenazah, bukan jenazah. Karena itu merupakan potongan bagian tubuh saja, jadi belum bisa dipastikan ada berapa korban," ujar Sumirat di RS Polri Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Ia berharap keluarga korban mengecek ke rumah sakit tempat para korban dirawat sebelum datang ke RS Polri. Keluarga bisa melaporkan bila sudah memastikan kerabatnya tidak dirawat di rumah sakit.
"Keluarga korban harus menyiapkan data seperti KTP, foto, dan ciri-ciri khusus agar mempermudah identifikasi. Kebiasaan korban seperti menggunakan aksesori, sidik jari, dan lainnya juga harus disebutkan," ujar Sumirat.
Tidak ada komentar:
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.